Penelitian mengungkap, dalam kondisi gelap total, tak cukup suplai makanan serta cuaca ektrim, koloni itu mampu bertahan hidup, bersarang dan bahkan beraktivitas layaknya sebuah koloni semut lainnya.
Semut-semut itu awalnya terperangkap di sebuah tempat berukuran 2,3 meter dalam bungker di dekat Miedzyrzecz, Polandia. Semut tak bisa menjangkau ventilasi untuk keluar kembali ke koloninya.
Alih-alih binasa, koloni ini justru semakin berkembang seperti layaknya koloni semut yang bersarang ditempat-tempat yang semestinya.
"Semut-semut ini berkumpul bersama dan melakukan apa yang semestinya dilakukan oleh semut. Mereka membangun sarang dan menambahnya," kata Professor Terry McGlynn, pakar serangga California State University, Dominguez Hills.
McGlynn bertanya-tanya, bagaimana bisa koloni semut itu bertahan. Selain kekurangan pasokan makanan dan cahaya, semut-semut ini juga harus bertahan menghadapi suhu rendah sekitar 10 derajat yang menerpa sepanjang tahun.
Dengan kondisi tersebut, hampir dipastikan jika semut-semut tidak mungkin bereproduksi.
McGlynn juga telah melakukan pencarian larva, kepompong kosong, tapi tidak menemukan apapun. Hal yang mengejutkan, ternyata tak ditemukan semut jantan.
Terungkap kemudian, penambahan populasi semut terjadi karena adanya semut-semut baru yang terjatuh ke bungker.Sekitar 2 juta semut-semut mati yang menutupi lantai bunker.
"Ini merupakan salah satu contoh bagaimana semut pekerja dalam jumlah besar bertahan hidup dari lingkungan yang buruk, gelap total dengan temperatur rendah dan tak cukup suplai makanan," terang Wojciech Czechowski, ilmuwan dari Akademi Sains Polandia yang memimpin riset.
Koloni semut ini pertama kali ditemukan pada tahun 2013. Saat kembali lagi tahun 2016, Czechowski menemukan bahwa gundukan sarang yang rusak akibat kunjungan tim peneliti sebelumnya telah diperbaiki.
(Monika Novena/Kompas.com)
loading...